Breaking News

Sabtu, 05 Desember 2009

Memberi Nama

Ust. Khaerudin Ibnu Muhammad Zen_Rancadulang Margasari Karawaci Kota Tangerang


Dalam agama islam terdapat tuntunan dalam memberi nama anak, karena nama adalah ungkapan yang diberikan kepada suatu benda untuk membedakan dari yang lain. Nabi Muhammad saw. menganjurkan agar memberi nama kepada anak dengan nama yang baik. Sebagaiman Sabdanya:

اَكْرِمُوْا اَوْلاَدَكُمْ وَحَسِّنُوْا اَسْمَاءَ هُمْ ( رواه ابن ماجه )

“ Muliakanlah anak-anakmu dan baikkanlah nama-namanya.” ( HR. Imam Ibnu Majah ).

عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِاَسْمَائِكُمْ وَاَسْمَاءِ اَبَائِكُمْ فَحَسِّنُوْا اَسْمَائَكُمْ ( رواه ابوداود وابن ماجه فى صحيحه )

“ Dari Abu Darda’ ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : “ sesungguhnya kamu diseru pada hari kiamat dengan nama-namamu dan nama-namamu ayahmu, maka baikkanlah/baguskanlah nama-namamu “. ( HR. Imam Abu Daud dan Ibnu Majah )

Nama yang dicintai oleh Allah adalah nama yang menggunakan ‘Abdu (hamba) yang dirangkaikan dengan Asmaul Husna ( nama-nama Allah yang terbaik ), sabda Nabi saw :

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اَحَبُّ اْلاَسْمَاءِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَبْدُ اللهِ, عَبْدُ الرَّحْمَنِ ( رواه مسلم وابوداود والترمذى )

“ Dan dari Ibnu Umar ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : nama yang paling disukai oleh Allah adalah ‘Abdullah, ‘Abdur Rahman. ( HR. Imam Muslim dan Tirmudzi dan Ibnu Majah )

Nabi menganjurkan agar kita memberi atau mempergunakan nama para Nabi. Sabda NAbi Muhammad saw :

عَنْ اَبِى وَهْبٍ اَلْجُشَمِىِّ وَكَانَتْ لَهُ صَحَابَةُ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ للهِ صَلَّى اللهَُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَسَمَّوْا بِاَسْمَاءِ اْلاَنْبِيَاءِ (رواه ابو داود )

“ Dari Abu Wahab Al-Jusyammi, dia mempunyai shahabat ra. ia berkata: Rasulullah saw bersabda : hendaklah kalian memberi nama dengan nama para Nabi. ( HR. Imam Abu Daud )

Dalam Musnad Al Harits bin Usamah bahwasanya Nabi saw bersabda :

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثَةُ اَوْلاَدٍ وَلَمْ يُسَمِّ اَحَدَهَا بِمُحَمَّدٍ فَقَدْ جَهُلَ

“ Barang siapa mempunyai tiga orang anak, dimana ia tidak memberi nama salah seorang dari padanya dengan nama Muhammad, maka ia telah bodoh.”

Nama yang tidak boleh di gunakan

Nama yang dilarang dipergunakan oleh manusia adalah nama-nama yang kandungannya / isinya hanya dimiliki oleh Allah SWT. Sabda Nabi saw :

وَعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَاللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ : اِنَّ اَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلٌ تُسَمَّى مَلِكَ اْلاَمْلاَكِ ( رواه البخارى مسلم )

“ Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rosulullah saw. bersabda : nama yang paling khianat disisi Allah ‘Azza wa Jalla ialah seorang laki-laki yang mempunyai nama Malikal Amlak (penguasa/raja di atas segala yang berkuasa). ( HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim )

Dalam riwayat lain yang shahih :

اِنَّ اخْنَعَ اْلاَسْمَاءِ عِنْدَ اللهِ رَجُلٌ تُسَمَّى شَاهَانْ شَاهْ مَلِكَ اْلاَمْلاَكِ لاَ مَالِكَ اِلاَّ اللهُ تَعَالَى

“ Sesungguhnya nama yang paling khianat disisi Allah adalah seorang laki-laki yang bernama syahan syah (raja diatas raja), malikul amlak (raja diatas raja), karena tidak ada raja (diatas raja) kecuali Allah Ta’Ala.”

Mengganti nama

Nama-nama yang artinya tidak baik, seyogyanya diganti dengan nama yang artinya baik, karena Nabi merubah nama yang tidak baik.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَاللهُ عَنْهَا : اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُغَيِّرُاْلاِسْمَ اْلقَبِيْحَ

(رواه الترمذى )

“ Dari Siti ‘Aisyah ra. sesungguhnya Rasulullah SAW. selalu merubah nama yang jelek ( dengan nama yang baik ).” ( HR. Imam Tirmidzi )

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَاللهُ عَنْهُ اَنَّ ابْنَةً لِعُمَرَ كَانَ يُقَالُ لَهَا عَاصِيَةُ, فَسَمَّاهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمِيْلَةَ ( رواه الترمذى وابن ماجه )

“ Dari Ibnu ‘Umar ra. sesungguhnya putri ‘Umar diberi nama ‘Ashiyah ( wanita yang maksiat ), maka Rasulullah saw. mengganti namanya dengan Jamilah ( cantik )”. ( HR. Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah )

وَعَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اِنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ اَبِىْ سَلْمَةَ كَانَ اِسْمُهَا بَرَّةَ, فَقِيْلَ تُزَكِّى نَفْسَهَا فَسَمَّاهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَيْنَبَ. (رواه البخارى ومسلم وابن ماجه وغيرها )

“ Dari Abi Hurairah ra. sesungguhnya Zainab binti Abi Salamah semula namanya Barrah ( sangat berbuat baik ) maka dikatakan kepadanya supaya membersihkan dirinya, kemudian Rosulullah SAW. memberikan nama kepadanya Zainab ( nama pohon )”.

( HR. Imam Bukhori, Muslim, Ibnu Majah dan lain-lain ).

Waktu Pemberian Nama

Nama diberikan kepada anak adalah pada hari ketujuh dari kelahirannya. Sabda Nabi saw :

قَالَ : كُلُّ غُلاَمٍ رَهِيْنَةٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُسَمَّى فِيْهِ وَيُخْلَقُ رَاْسُهُ. (رواه الترمذى والنسائ وابن ماجه )

“ Beliau saw. bersabda : tiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuhnya dan pada hari itu dia diberi nama dan dicukur rambutnya.” ( HR. Imam At Tirmidzi, An Nasai dan Ibnu Majah ).

Cara Mamberi Nama

1. bila akan memberi nama anak laki-laki yang baru lahir, maka ucapkanlah :

سَمَّيْتُكَ ( سَمَّيْنَاكَ ) بِاسْمِ الَّذِىْ سَمَّاكَ اللهُ ... بِنْ ... اَلْفَاتِحَةَ ...

“ saya ( kami ) memberi nama kamu dengan nama yang Allah berikan kepada kamu …… bin …..

kemudian hadirin membaca surah A- Fatihah “

2. kemudian mengucapkan :

اَلْفَاتِحَةَ. بِاَنَّ اللهَ يَجْعَلُ اسْمَهُ مُبَارَكَةً لَهُ, اَلْفَاتِحَةَ ...

“ ( bacalah ) Al Fatihah, semoga Allah menjadikan namanya diberkahi. Al Fatihah … “

3. kemudian mengucapkan :

اَلْفَاتِحَةَ. بِاَنَّ اللهَ يُطَوِّلُ عُمْرَهُ فِى طَاعَةِ اللهِ وَطَاعَةِ الرَّسُوْلِ وَفِى صِحَّةٍ وَسَلاَمَةٍ, اَلْفَاتِحَةَ ...

“ bacalah Al Fatihah ! semoga Allah memnjangkan umurnya dalam ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rosul dan dalam sehat dan selamat. Al Fatihah … “

Nujuh Bulan/ Kekebba/Tingkepan

Adalah salah satu jenis tradisi islam yang berkembang ditengah kaum Nahdiyyin, berbentuk upacara pembacaan doa-doa dan sedekah, ketika seorang wanita tengah mengandung tujuh bulan. Upacara ini dilakukan dengan harapan agar bayi yang sedang dalam kandungan diberikan keselamatan dan ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak di dunia. Disebut juga Mitoni, karena berlangsung saat kandungan berusia tujuh bulan. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman : ( QS. Al A’raf : 189 )

Dalam upacara tingkepan biasanya dibacakan Surat Yusuf, Maryam dan Muhammad, dengan maksud tabarukan ( mengambil berkah ) dari kisah-kisah Nabi yang dikisahkan dalam surat-surat tersebut [1].

Surat yang dibaca, biasanya tidak semua, tapi hanya sampai satu ‘ain/maqro atau hanya sepuluh ayat dan membacanya secara berbarengan.



[1] Antologi NU. KH. Abdul Muchith Muzadi. Khalista. surabaya


Read more ...

Terbangan/Marhabaan/Dibaan/Tawasulan

Ust. Khaerudin Ibnu Muhammad Zen_Rancadulang Margasari Karawaci Kota Tangerang

Adalah sebuah acara pembacaan shalawat bersama-sama secara bergantian. Ada bagian dibaca biasa, namun pada bagian-bagian lain lebih banyak menggunakan lagu sambil bersaut-sautan. Kitab yang biasa dibaca adalah Barzanji, maulid simthud duror, maulid ‘azabi, maulid syarofal anam, maulid Diba’ dll. kemudian diiringi musik rebana yang dalam bahasa jawa disebut terbang, karena beberapa orang sedang memainkan alat musik terbang jadi acara tersebut disebut “ Terbangan “.

Acara terbangan biasa dilakukan ketika warga NU mempunyai hajat : mantu, khitanan, haul, mengiri pengantin, cukur rambut, nujuh bulan, ngasih nama, muludan dan lain-lain. Para penggemar seni hadrah ( terbang ) itu diwadahi dalam sebuah organisasi bernama ISHARI ( Ikata Seni Hadrah Republik Indonesia ).

Di daerah sunda, khususnya sunda rancadulang terbangan ini biasa disebut mahabanan/marhabaan, ada yang memakai rebana/kasidahan/marawis/hadrah tapi umumnya tidak memakai dan yang biasa dibaca dalam marhabanan adalah kitab Barzanji, maulid simthud duror, maulid ‘azabi, maulid syarofal anam, maulid Diba’. Dalam pembacaan maulid ini umumnya didaerah rancadulang ketika nujuh bulan, nyukur rambut, ngasih nama dan nikahan/malam rasulan.

Sebelum membaca marhabanan biasanya bertawashul/hadiah/membaca ilahadhorotin terlebih dahului terutama kepada Nabi Muhammad saw, para shohabatnya, para keluarganya, kepada para malikat, para Nabi dan Rosul, para awliya, para syuhada, para sholihin, para ulama dan para almarhum dan almarhumah khusunya almarhum dam almarhumah shohibil hajat dan juga mendo’akan orang-orang yang masih hidup agar diberi kesehatan, keselamatan, kebaikan dunia dan akhirat, kemudian membaca ayat-ayat al qu’an, membaca tahlil, tahmid, tasbih, takbir, sholawat dan do’a.

Perlu kita ketahui bahwa dalam membaca hadiah/ilahadhorotin ini, bukan mengadirkan arwah orang-orang yang telah meninggal dunia tapi kita berwashilah/membuat perantara/lantaran seperti kita mau pergi kejakarta, kan tidak langsung nyampe dijakarta. Kita nyari pulus dulu, jalan kemudian naik mobill baru nyampe kejakarta, gambaranya lagi, kalau kita ingin ketemu raja kan melalui proses-proses, enda langsung kecuali kitanya udah deket sama raja.

Secara semantik “ Tawasul “ artinya mengambil pelantara. Sesuatu yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri ( tawajjuh ) kepada Allah SWT guna mencapai sesuatu yang diharapkan dari-Nya.

Bertawasul pernah dilakukan oleh shahabat Umar bin Khaththab ra. Sebagaimana diriwatkan olem Imam Bukhari. Sayyidina Umar berkata :

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقَى بِالْعَباَّسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اَللّهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّناَ فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا فَقَالَ فَيُسْقَوْنَ ( رَوَاهُ اْلبُخاَرِى )

“ Dari Anas bin Malik ra, beliau berkata : “ apabila terjadi kemarau shahabat Umar Ibn Khaththab bertawasul kepada Abbas Ibn Abdi Muththalib, kemudian berdo’a : “ ya Allah, kami pernah berdo’a dan bertawasul kepada Mu dengan Nabi saw, maka Engkau turunkan hujan. Dan sekarang kami bertawasul dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan. Anas berkata : “ maka turunlah hujan kepada kami “. ( HR. Imam Bukhari )

Menurut Sayyid Muhammad Al Maliki, bertawasul seperti ini hukumnya boleh. Berdasarkan beberapa riwayat, antara lain : “ Muajahid meriwayatkan bahwa dia melihat seseorang sakit kakinya didekat Ibnu Abbas, lantas Ibnu Abbas berkata : “ sebutlah nama seseorang yang engkau cintai ! “ kemudian orang yang sakit tersebut menyebut nama Nabi Muhammad saw, dengan segera tampak rasa sakit dan lemah di kakinya sembuh [1].

Kalau kita teliti, perhatikan, renungi dan rasakan, acara-acara semacam ini baik dan bagus sekali, apalagi kalau acara semacam ini kita jadikan ladang ta’lim dan pencarian cinta, karena dalam acara marhabanan semuanya yang dibaca adalah tentang sejarah Nabi Muhammad saw, mulai dari lahirnya sampai meninggal dunia, ini untuk mengenang dan mengingatkan kembali kepada Nabi kita, agar tumbuh dan bersemi rasa kecintaan dalam hati kita kepada Beliau saw.

Ada pepatah mengatakan : “ Barang siapa mencintai seseorang/sesuatu, maka orang tersebut banyak menyebut namanya “. Kalau si Kh mencintai H maka dimana tempat dan kesempatan si Kh selalu menyebut-nyebut nama si H, itulah mungkin diantara ciri atau bukti bahwa ia mencintai dan menyayanginya, walau Sayyod Al Fiyan bin Salim Al Habsyi mengatakan : “ cinta itu engga ada “ karena cinta itu adalah jurus bathin sedangkan bathin itu ghaib, yang ghaib sulit untuk dibuktikan, pepatah juga katakana : “ sedalam-dalamnya lautan masih dapat diukur, tapi sedalam-dalamnya hati seseorang tidak akan mungkin dapat di ukur “.

Mudah-mudahan kita yang selalu belajar dan mengikuti marhabanan/muludan dimanapun tempatnya ditumbuhkan rasa cinta dalam hati oleh Allah SWT kepada Nabi kita Sayyidina wa Habibina wa Syafi’inan Muhammadin saw, dan kepada teman dan shahabat yang belum mau belajar dan mengikutinya dibukakan pintu hatinya oleh Allah SWT agar mau belajar/ta’lim sampai akhir hayatnya. “ Amin ya Allah ya Robbal ‘Alamin “.



[1] Antologi NU. KH. Abdul Muchith Muzadi ‘ Kalista “ Surabaya.


Read more ...

Sejarah Singkat Kp. Rancadulang

Ust. Khaerudin Ibnu Muhammad Zen_Rancadulang Margasari Karawaci Kota Tangerang

Rancadulang adalah nama satu kampung yang ada di wilayah kelurahan margasari kecamatan karawaci kota Tangerang provinsi banten Indonesia. Dikampung rancadulang terdapat dua rukun warga dan enam rukun tetangga dan terbagi pada empat bagian wilayah : rancadulang wetan, rancadulang tengah, rancadulang Kulon dan rancadulang kaler. Perbatasan wilayah rancadulang sebelah timur kampung mumunggang, sebelah selatan kampung gelo/margasari, sebelah barat kampung gebang/bugel indah dan sebelah utara kampung cimone. Di kampung rancadulang terdapat satu masjid dan enam mushola.

Penduduk rancadulang terdiri dari berbagai suku dan etnis, ada batak, jawa, sunda dll.penduduk asli rancadulang bersuku sunda dan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh orang tua adalah sunda kasar, sebagian orang dewasa dan anak-anak sekarangpun masih berkomunikasi dengan bahasa sunda dan sebagian menggunakan bahasa persatuan dll.

Kampung ini dinamakan rancadulang, terdiri dari dua suku kata. Ranca yang berarti rawa dan dulang yang berarti tutup makanan. Konon menurut orang tua ( Zaman kibenen ), dikampung ini dahulu banyak rawa, ketika rawa itu banjir ada sajian makanan yang berjalan diatas air dan ditutupi oleh dulang ( nama tutup makanan yang ada didapur ). Jadi kampung ini dinamakam kampung rancadulang.

Ketika saya masih kecil, sekitar tahun 1980-an. Rancadulang memang indah, sejuk, banyak pepohonan, lapangan, sawah, ladang, kebun, empang, rawa dan rumahpun masih sedikit. Saya masih ingat sekali kalau saya ingin mencari ikan rasanya gampang, tinggal mancing atau nyerok disawah dan belut juga banyak dulumah. Dulu sehabis saya bermain bola dengan kawan-kawan dilapangan kemudian minum air sumur timba yang ada dekat lapangan terasa segar dan sama sekali tidak ada rasa takut sakit perut. Dulumah rancadulang luas, indah, sejuk. Tapi sekarang kayaknya sempit jasa, panas, gersang, mau memancing atau mencari ikan, belutpun sulit bin susah bin hese jasa.

Luasnya Kampung Rancadulang, indahnya, sejuknya, sawah, ladang, kebun, lapangan, rawa, empang semuanya hanya tinggal kenangan. Boleh dikata “ selamat tinggal kindahan rancadulang, kesejukannya, mungkinkah kita akan kembali seperti dahulu “ ? …


Read more ...

Syekh Nawawi Al Bantani ( 1230 – 1314 H ) ( 1815 – 1897 M ) Maha Guru Sejati ( The Great Scholar ) Obor Mazham Imam Syafi’i Sufi Brilian

Ust. Khaerudin Ibnu Muhammad Zen_Rancadulang Margasari Karawaci Kota Tangerang



Ulama dari Banten yang terkenal, bahkan setiap tahun di hari jum’at terakhir bulan Syawal selalu diadakan acara Haol untuk memperingati jejak peninggalannya. Beliau adalah KH. Syekh Nawawi Al Bantani. Nama lengkapnya Abu Abdul Mu’thi bin Muhammad bin Umar. Lahir di Kampung Tanara, Desa Tirtayasa. Kec Serang. Kab Banten.

Lahir pada Tahun 1230 H/1815 M. dan Meninggal pada Tanggal 25 Syawal 1314 H / 1879 M, dalam usia 84 Tahun, di Syeb ‘Ali dan dimakamkan di Ma’la dekat Makam Siti Khodijah, Ummul Mukminin, Isteri Nabi SAW. sebuah kawasan pinggiran kota Mekkah.

Dari Silsilahnya, Syekh Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke- 12 dari Sulthan Maulana Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati, Cirebon ), ayah dari Sulthon Maulana Hasanudin ( Sulthan Banten pertama ). Nasabnya bersambung pada Nabi Muhammad SAW. melalui Imam Ja’far Shodiq, Imam Muhammad Al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin.

Guru dan masa belajarnya
Masa Kecil belajar pada KH. Sahal ( Ulama terkenal di Banten ). Masa Kecil belajar pada KH. Yusuf ( Ulama Besar di Purwakarta ). Usia 15 Tahun pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji, setelah musim haji usai, beliau tidak langsung kembali ketanah air, dorongan menuntut ilmu menyebabkan beliau bertahan di Kota Suci Mekkah untuk belajar kepada Ulama-Ulama Besar kelahiran Indonesia dan negri lainya. Syekh Ahmad Khotib Sambas Kalimantan ( Imam Masjidil Harom ). Penyatu Thoriqoh Qodiriyyah-Naqsabandiyyah di Indonesia. Syekh Abdul Ghani Duma ( Mekkah ). Syekh Yusuf Sunbulawini ( Mesir ). Syekh Nahrowi ( Mesir ). Syekh Ahmad Dimyati ( Mekkah ). Syekh Ahmad Zaini Dahlan ( Mekkah ). Syekh Muhammad Khotib Hambali ( Madinah ). Pengarang Kitab Nafahat Syarah Warokot (W. 1915). Syekh Abdul Hamid Daghestani.




Murid-murid Syekh Nawawi di Indonesia diantaranya :
KH. Hasyim Asy’ari. Tebu ireng Jombang Jawa Timur ( pendiri NU ). KH. Kholil. Bangkalan Madura Jawa Timur. KH. Asy’ari. Bawean ( menikah dengan Nyi Maryam, Putri KH. Nawawi ).KH. Najihun. Kampung Gunung Mauk Tangerang ( menikah dengan Nyi Salma binti Rukayah binti Syekh Nawawi. Cucunya ). KH. Tubagus Muhammad Asnawi. Caringin Labuan Pandegelang Banten. KH. Ilyas. Kampung Teras. Tanjung Keragilan Serang Banten. KH. Abd. Gaffar. Kampung Lampung Kec. Tirtayasa Serang Banten. KH. Tubagus Ahmad Bakri. Sempur Purwakarta.

Karomah dan Karya-karya Syekh Nawawi
Di antara karomah beliau adalah, saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (karya Imam Ghozali), lampu minyak beliau padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan dengan sekedup onta (di jalan pun tetap menulis, tidak seperti kita, melamun atau tidur). Beliau berdoa, bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat kaum muslimin, mohon kepada Allah SWT memberikan sinar agar bisa melanjutkan menulis. Tiba-tiba jempol kaki beliau mengeluarkan api, bersinar terang, dan beliau meneruskan menulis syarah itu hingga selesai. Dan bekas api di jempol tadi membekas, hingga saat Pemerintah Hijaz memanggil beliau untuk dijadikan tentara (karena badan beliau tegap), ternyata beliau ditolak, karena adanya bekas api di jempol tadi.
Karomah yang lain, nampak saat beberapa tahun setelah beliau wafat, makamnya akan dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang belulangnya dan liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lain (sebagaimana lazim di Ma'la). Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syekh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Karena itu, bila pergi ke Makkah, Insya Allah kita akan bisa menemukan makam beliau di Pemakaman Umum Ma'la.

Karya-karya Syekh Nawawi.
Diantaranya : Fathul Majid, Tijan Darori, Nuruz Zulam, Madarijus Su’ud/Mirqotus Su’udit Tashdiq ( Syariat Islam ), Syarah kitab Sullam (Habib Abdullah bin Husein bin Tahir Ba'alawi ), Bahjatul Wasail, Kasyifatus Saja, Nihayatuz Zain, Uqudul Zain,Tasyrih Fathul Qorib, Qomi Tugyan, Misbahuz Zulam, Bidayatul Hidayah, Tafsir Munir, Tanqihul Qoul ( kitab hadits ). Syarah Kitab Lubabul Hadits (Imam Suyuthi), Nashaihul Ibad ( kitab Hadits ), Syarah Kitab Imam Ibnu Hajar Al Asqolani, Sulamul Munajah, Futuhatul Madaniyah, Futuhus samad, Tafsir Maroh Labib/Mirah Labib ( Rincian ayat-ayat Al-Qur’an ), Atsimar Al-Yaniah, Al Ibriz Al Daani, Al Aqdhu Tsamin Dll.

Sejarahnya
Setelah 3 tahun belajar di Mekkah Beliau kembali ke Tanah Air ( 1833 H ) untuk membantu Ayahnya mengajar para santri. Sejak kecil Syekh Nawawi telah menunjukan kecerdasannya lansung mendapat simpati dari masyarakat, kedatangannya membuat pesantren yang dibina oleh ayahnya banyak didatangi oleh santeri dari berbagai pelosok. Namun hanya beberapa tahun Beliau membantu Ayahnya, kemudian Beliau kembali ke Mekkah.

Alasan Beliau kembali ke Mekkah diantaranya :
- keinginan Beliau untuk mukim dan menuntut ilmu di negri yang menarik hatinya.
- kondisi tanah air yang saat itu di jajah belanda dan hampir semua Ulama Islam mendapat tekanan.

Setelah Beliau memutuskan untuk mukim di Mekkah dan meninggalkan kampung halamannya. Beliau menimba ilmu di Mekkah selama 30 Tahun. Pada Tahun 1860 H, Beliau mulai mengajar di lingkungan Masjidil Harom. Beliau menjadi murid Syekh Ahmad Khatib Sambas yang terpandang di Masjidil Harom. Ketika Syekh Ahmad Khatib Sambas uzur menjadi imam Masjidil Harom Syekh Nawawi ditunjuk untuk menggantikannya.

Pada Tahun 1870 H beliau banyak menulis kitab. Dalam menyusun karya-karyanya, Syekh Nawawi selalu berkonsutasi dengan Ulama-Ulama besar lainnya dan karya tulisnya tersiar keberbagai penjuru dunia sampai kedaerah Mesir dan Syiria. Karena karya-karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang mudah difahami dan padat isinya, nama Syekh Nawawi termasuk dalam kategori salah satu Ulama besar di Abad 14 H/19 M dan Beliau mendapat gelar “ Al Imam, Al Muhaqqiq, Al Fahhammah, As Sayyid Ulama Al Hijaz.

Karya-karya Syekh Nawawi Al Bantani tidak hanya banyak dikaji dan dipelajari di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diantaranya : Malaysia, Thailan, Filipina Selatan ( Sekolah Agama Mindanao ), Mesir dll.






Pendapat

Menurut Ray Salam T. Mangondanan ( peneliti di Insitut Studi Islam, University of Phililppines ) pada sekitar 40 sekolah di Filipina Selatan masih menggunakan kurikulum tradisional.

Sulaiman Yasin seorang dosen di fakultas studi islam universitas kebangsaan Malaysia mengajar karya-karya Syekh Nawawi sejak periode 1950-1958 di Johor dan beberapa sekolah di Malaysia.

Menurut Martin Van Bruinessen, yang melakukan penelitian sejak tahun 1990- an diperkirakan pada 22 judul tulisan Syekh Nawawi dan dari 100 karya populer yang dijadikan contoh penelitiannya yang banyak dikaji dikawasan Indonesia di 42 Pon Pes Klasik mencatat bahwa karya-karya Syekh Nawawi mendominasi kurikulum Pesantren ( 11 judul karangan Syekh Nawawi ). Syekh Nawawi dengan aktivitas intelektualnya mencerminkan dan menghidupkan disiplin ilmu-ilmu agama. Ia banyak memiliki tulisan dibidang tasawuf yang dapat dijadikan rujukan standar bagi seorang sufi.

Brockleman ( penulis Belanda ) mencatat ada 3 karya Syekh Nawawi yang dapat merepresentasikan pandangan tasawufnya ( Misbahuz Zulam, QomitTugyan, Salalimul Fudhola) disana Ia banyak merujuk Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghojali.

Snaouck Hurgronje, orentalis yang pernah mengunjungi Mekkah tahun 1884-1885 M. mengatakan bahwa Syekh Nawawi, setiap hari sejak pukul 07.30 – 12.00 memberikan tiga perkuliahan. Di antara muridnya yang berasal dari Indesia adalah: KH. Kholil ( Madura ), KH. Asnawi ( Kudus ), KH. Tubagus Bakri, KH. Arsyad Thawil ( Banten ) dan KH. Hasyim Asy’ari (Jombang ). Paling tidak ada 34 karya Syekh Nawawi tercatat dalam Dictionary of Arabic Printed Books. Beberapa kalangan menyebutkan karya-karyanya mencapai 100 judul.
Read more ...

Profil Enam Imam Muhaddits ( Kutubus Sittah )

Ust. Khaerudin Ibnu Muhammad Zen_Rancadulang Margasari Karawaci Kota Tangerang


1. Imam Bukhari ( 194 H – 256 H ) Asia Tengah

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Yardizhab Al Bukhori. Lahir pada hari Jum’at 13 Syawal 194 H. Di sebuah desa Bukhara ( Tasykent ) Asia Tengah. Beliau wafat di Bukhari desa kaatank di Samarkan tahun 256 H dan dimakamkan disitu.

Diantara guru-gurunya : Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Yahya bin Ma’in, Imam Muhammad bin Yusuf, dll.

Diantara karya-karyanya : Kitab Shoheh Bukhori ( waktu menyeleksi dan menulis selama 16 tahun ), Jamius Shoheh, Musnad Al Kabir, Tafsir Al Kabir, Tarikh As Shoghir, Qiro’ah Kholfal Imam dll.

Keistimewaan Imam Muslim ra. diantaranya :

- usia 10 tahun mampu mengoreksi kesalahan sanad hadits

- usia 15 tahun hafal kitab karangan Ibnu Al Mubarok dan Imam Waki

- hafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih

- Imam Abu Hatim Ar Rozi berkata : “ Khusaran belum pernah melahirkan seorang ulam yang melebihi Bukhoro dan di irakpun tidak ada yang menandinginya “

2. Imam Muslim ( 204 – 261 H ) Naisabur Persia

Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusairy An Naisabury. Lahir tahun 2004 H di Naisabur. Wafat tahun 261 H di Naisabur sebuah negeri di Persia.

Diantara guru-gurunya : Al Bukhary, Muhammad bin Yahya Adz Dzuhaly dll.

Diantara karya-karyanya : Kitab Shoheh Muslim ( berisi 4.000 hadits ), Jamiul Kabir, Musnad Al Kabir dll.

Keistimewaan Imam Muslim ra. diantaranya :

- Imam besar, penghafal hadits dan ahli hadits

- Mengumpulkah 300. 000 hadits

3. Imam An Nasai ( 215 – 293 H/ 214 – 302 H ) Khurasan Asia Tengah

Nama lengkapnya adalah Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin ’ Ali bin Bahar bin Sinan bin Dinar An Nasa’iy. Lahir tahun 214/215 H di desa Nisa daerah Khurasan Asia Tengah. Wafat tahun 302 H di Ramlah sebuah desa di Palestina dan dimakamkan di pemakaman Baitul Muqaddas.

Diantara guru-gurunya :

Diantara karya-karyanya :

Keistimewaan Imam Muslim ra. diantaranya :

- usia 10 tahun mampu mengoreksi kesalahan sanad hadits

- usia 15 tahun hafal kitab karangan Ibnu Al Mubarok dan Imam Waki

1. Imam Abu Daud ( 202 – 275 H / 817 – 889 M )

nama lengkapnya …

guru-gurunya …

murid – muridnya …

keistimewaannya …

5. Imam At Tirmidzi ( 209 – 279 H ) Iran.

nama lengkapnya …

guru-gurunya …

murid – muridnya …

keistimewaannya …

Imam At Tirmidzi merupakan pigur yang cerdas, zuhud dan waro’. Sebagai bukti kerendahan pribadi, Beliau senantiasa mencucurkan air mata, sehingga kedua belah matanya memutih yang berdampak kebutaan pada masa tuanya. Dengan adanya musibah kebutaan inilah beliau disebut Ad Dharir (yang buta).

Nama lengkap Imam At Tirmidzi adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh Dhahak Al Sulami Adh Dharir Al Bughi At Tirmidzi. Beliau dilahirkan pada tahun 209 H di desa Tirmidzi ( Termez ) sebuah kota kuno yang terletak dipinggiran Jihon ( Amoderia ) sebelah Utara Iran. Imam At Tirmidzi wafat didaerah Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab 279 H. beliau wafat pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Tajikistan.

Guru-guru Imam At Tirmidzi. Diantaranya : 1. Imam Abdullah bin Muawiyah Al Jumahi (wafat 243 H) 2. Ali bin Hujr Al Marwazi (wafat 244) 3. Suwaid bin Nashr bin Suwaih Al Marwazi (wafat 240 H) 4. Qutaibah bin Said As Tsaqofi Abu Raja (wafat 240 H) 5. Abu Mush’ab Ahmad bin Abi Bakr Al Zuhri Al Madani (wafat 242 H) 6. Muhammad bin Abdul Al Malik bin Abi Al Syawarib (wafat 244 H) 7. Ibrohim bin Abdullah bin Hatim Al Harawi ( wafat 244 H) 8. Ismail bin Musa Al Fazari Al Suddi (wafat 245 H) 9. Imam Al Bukhori 10. Imam Muslim 11. Imam Abu Daud 12. Ziyad bin Yahya Al Hasani (wafat 254 H) 13. Abbas bin Abd Al ‘Adhim Al Anbari (wafat 246 H) 14. Abu Said Al Asyaj Abdullah bin Said Al Kindi (wafat 257 H) 15. Abu Hafsh Amr bin Ali Al Fallas (wafat 249 H) 16. Ya’kub bin Ibrahim Ad Dauroqi (wafat 252 ) 17. Muhammad bin Ma’mar Al Qoisi Al Bahrani (wafat 256 H) 18. Nashr bin Ali Al Jahdhami (wafat 250 H).

Karya-karya Imam At Tirmidzi. Diantaranya : Jami At Tirmidzi/Sunan At Tirmidzi, Asy Syamail An Nabawiyyah, Al Ullal, At Tarikh, Az Zuhd, Al Asma wal Kuna. Kayra Imam At Tirmidzi yang sangat monumental adalah Kitab Al Jami Ash Shoheh/Sunan At Tirmidzi yang memuat 3.956 hadist terdiri dari hadits shohih, hasan dan dhoif. Kitan hadits ini menduduki peringkat ke-4 diantara Al Kutubus Sittah.[1]

6. Imam Ibnu Majah ( 209 – 273 H / 824 – 887 M )

nama lengkapnya …

guru-gurunya …

murid – muridnya …

keistimewaannya …



[1] Nuansa. 18 November-Desember 2001


Read more ...

Profil Empat Imam Mujtahid Muthlaq

Ust. Khaerudin Ibnu Muhammad Zen_Rancadulang Margasari Karawaci Kota Tangerang


1. Imam Hanafi ra ( 80 – 150 H ) Irak.

Nama lengkapnya adalah Al Nu’man bin Tsabit bin Zautha bin Mah, keturunan bangsa ‘Azam dari Persia. Beliau terkenal dengan panggilan Imam Abu Hanifah karena sangat rajin beribadah kepada Allah SWT. Kata “Hanif “ dalam bahasa arab artinya “cenderung pada agama yang benar” riwayat lain mengatakan gelar Abu Hanifah karena eratnya dengan tinta, kemanapun beliau pergi selalu membawa tinta guna mencatat ilmu pengetahuan.

Imam Hanafi ra Lahir dikota Kuffah ( Bagdad, Irak ) pada zaman shohabat tahun 80 H/699 M dan wafat pada bulan Rajab tahun 150 H dalam usianya 70 tahun, setelah setelah sekian lama dipenjara karena menolak memangku jabatan hakim dan dimakamkan di Khazaran/Rashafah Bagdad sebelah timur. Beliau adalah ‘ulama ahli ibadah, zuhud, arif billah. [1]

Imam Hanafi ra mendalami ilmu pengetahuan kepada para shahabat diantara : shahabat Hammad bin Abi Sulaiman, shahabat Ibrohim Al Nakha’i, shahabat Abdullah bin Mas’ud, shahabat Abdullah bin Abbas, beliau juga bertemu dengan shahabat Annas bin Malik, shahabat Abdullah bin Auqa’, shahabat Sahal bin Sa’ad al Sa’di dan shahabat Abu Thufail bin Wailah.

Diantara murid – muridnya : Imam Abu Yusuf bin Ibrahim Al Auza’I, Imam Zafr bin Al Hazali bin Qais, Imam Muhammad bin Hasan bin Farqad As Syaibani, Imam Al Hasan bin Ziyad Al Lu’lu’i.[2]

Diantara Karya – karyanya : Kitab Al Fiqhul Akbar, Kitab Ar Risalah, Al ‘Alim wal Muta’allim

Keistimewaan Imam Hanafi ra diantaranya :

1. Beliau adalah Ulama ahli ibadah, zuhud, ‘arif billah dan telah menghatamkan Al-qur’an sebanyak 7000 kali “ Allaahu Akbar “.

2. Berkata Imam Hafash bin Abdurrahman ra : Imam Abu Hanifah ra selalu menghidupkan malam / mengisi waktu malam dengan membaca Al-qur’an sampai khatam dalam satu rokaat shalat, selama 30 tahun “Subhaanallah “.

3. Berkata Imam Sayyid bin ‘Umar ra : Imam Hanafi ra melaksanakan shalat shubuh dengan wudhu shalat isya, selama 40 tahun “ Subhaanallah “

2. Imam Malik ra ( 93 – 179 H ) Madinah.

Nama lengkap Imam Malik ra adalah Malik bin Annas bin Malik bin Abi Amir Al Asyabahi al ‘Arabi, beliau menghimpun tidak kurang dari 5000 hadits dalam kitab Al Muwattho’. Dinamakan “Al Muwattho” sebelum kitab Al Muwattho’ dibukukan terlebih dahulu diperlihatkan pada 70 ulama ahli fiqih di Madinah dan memperoleh persejuan mereka, riwayat lain menyebutkan Imam Malik mimpi bertemu dengan Nabi SAW dan diperintah oleh Nabi untuk menyiarkan karyanya.

Imam Malik ra lahir dikota Madinah pada tahun 93 H – 179 H, termasuk Tabi’it - Tabi’in (usianya 86 tahun). sedangkan menurut qiil Imam Malik ra lahir pada tahun 90H – 179 H, termasuk Tabi’in ( usianya 89 tahun ). Kakak Beliau termasuk salah seorang shahabat Nabi SAW yang berasal dari Yaman kemudian menetap di Madinah.

Imam Malik belajar pada tidak kurang dari 900 Ulama yang pernah beliau temui ( 300 ulama dari Tabi’in ). Diantara ulama tersebut adalah : Imam Robi’ah bin Abdurrohman dalam bidang fiqih, Imam Nafi’ Maula bin Umar, Imam Ibnu Syihab Al Zuhri, Imam Abdul Zanad dan Imam Yahya bin Sa’id al Anshori dalam ilmu hadits.

Keistimewaan Imam Malik ra, diantaranya :

1. Beliau sangat cinta kepada Rosulullah SAW, karena itulah beliau tidak mau meninggalkan kota Madinah, kota dimana Nabi dimakamkan. Kecintaannya kepada Nabi beliau wujubkan dengan menulis tidak kurang dari 100.000 hadits. Subhaanallah

2. Beliau setiap malam selalu bermimpi bertemu dengan Rosulullah SAW “Subhaanallah “

3. Imam Hanafi ra pernah ditanya tentang Imam Malik ra, beliau menjawab : saya tidak menemukan Ulama ( pada zaman Imam Malik ) yang lebih mengetahui sunnah Rosulullah SAW selain Imam Malik ra.[3]

Setelah seluruh hidupnya dipergunakan untuk mengabdi kepada Allah SWT, beliau pulang kerohmatullah pada tahun 179 H dikota Madinah dalam keadaan sakit yang lama dan dikubur di Baqi’ pekuburan yang terkenal dikota Madinah.

3. Imam Syafi’I ( 150 – 204 H ) Palestina.

Nama lengkap Imam Syafi’I ra adalah Abi Abdillah bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’I bin Saaib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutholib bin Abdu Manaf bin Qushai.

Dilahirkan di Ghuzzah wilayah Asqolan dekat pantai laut putih ( laut mati ) bagian tengah Palestina ( Syam ). Pada tahun 150 H – 204 H. Umurnya 54 tahun. Imam Syafi’I lahir bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah ra.

Orang tua Imam Syafi’I ra adalah keturunan Quraisy Mekkah, kemudian pindah ke Palestina dan pada umur 2 tahun, Imam Syafi’I ra dibawa pindah oleh ibunya ke Mekkah karena ayahnya meninggal , sehingga Imam Syafi’I ra hidup sebagai anak yatim “ Subhaanallah “.

Jalur keturunan Imam Syafi’I ra:

Jalur keturunan Imam Syafi’I ra dari ayahnya adalah Abi Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’I bin Saaib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutholib bin Abdu Manaf. Jalur keturunan Imam Syafi’I ra dari ibunya adalah Abi Abdillah Muhammad bin Fatimah binti Abdullah bin Al Hasan bin Husain bin Ali bin Abu Tholib ( paman Nabi SAW ). Al Imam Syafi’I ra nyambung keturunannya dengan Nabi SAW pada datuknya Abdu Manaf.

Ketika berada di Mekkah Imam Syafi’I belajar kebeberapa Ulama terkenal diantaranya : Imam Shofyan bin Uyainah, Imam Ismail bin Qustanthin, Imam Sa’ad bin Salim Al Qoddah, Imam Daud bin Abdurrahman Al Athar, Imam Abdul Hamid bin Abdul Azizi dan Imam Muslim bin Kholid.

Pada usia 20 tahun Imam Syafi’I pindah ke Madinah dan belajar dengan guru-guru terkemuka diantaranya : Imam Abdullah bin Nafi’, Imam Muhammad bin Sa’id, Imam Ibrohim bin Abi Yahya Al Asaami, Imam Abdul Aziz bin Muhammad Al Daruri, Imam Ibrohim bin Saad Al Anshori dan Imam Malik bin Annas. Kemudian Imam Syafi’I melanjutkan perjalanannya ke Irak untuk belajar dan berdiskusi dengan Ulama yang berda di Irak diantaranya : Imam Wahab bin Jarah, Imam Hammad bin Usamah, Imam Ismail bin Ulyah, Imam Abdul Wahab bin Abdul Majid, Imam Muhammad bin Hasan dan Imam Abu Yus. Beliau berada di Irak kurang lebih 2 tahun untuk mempelajari fiqih Imam Hanafi. Kemudian Imam Syafi’I kembali ke Madinah dan tnggal di Madinah selama 5 tahun, kemudian pergi ke Yaman, kemudian kembali ke Mekkah dan tinggal di Mekkah selama 17 tahun dan pada tahun 198 H, Beliau pindah ke Mesir.

Setelah Beliau mengembara mencari ilmu ke Mekkah, Madinah, Yaman, Irak dan Mesir, Beliau wafat di Mesir pada hari jum’at, tanggal 29 rajab, tahun 204 hijriyah dan dimakamkan di Qorofah setelah ashar pada hari jum’at.

Keistimewaan Imam Syafi’I ra

1. Pada usia 7 tahun hafal Al-qur’an 30 juz, pada usia 10 tahun hafal kitab Al Muwattho’ ( karangan Imam Malik ra yang berisi 5000 lebih Hadits Nabi SAW ) dan pada usia 15 tahun di izinkan oleh para Ulama untuk berfatwa “ Subhaanallah “

2. Telah berkata Al Imam Ahmad ra : ini adalah orang ‘Alim ( Imam Syafi’I ). Imam Syafi’I selalu membagi waktu malam menjadi 3 bagian : satu pertiga malam untuk ilmu, satu pertiga malam untuk shalat dan satu pertiga malam untuk tidur atau istirahat.

3. Imam Syafi’I setiap hari khatam Al-qur’an dan pada bulan romadhan khatam Al-qur’an 60 kali, semunya didalam shalat.

4. Imam Syafi’I pernah berkata : saya belum pernah kenyang dari umur 16 tahun karena kenyang memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat ngantuk dan membuat malas beribadah.

5. Imam Syafi’I seumur hidupnya belum pernah sumpah ( demi Allah ) baik sumpah bohong atau sumpah benar.

6. Imam Syafi’I pernah ditanya tentang suatu masalah, beliau diam ( tidak langsung menjawab ), kemudian beliau ditanya lagi : kenapa diam, jawab Imam Syafi’I : supaya saya yakin pada kebenaran atau keutamaan antara diamnya saya atau menjawabnya saya.

Diantara do’a Imam Syafi’i : Ya Allah berilah anugrah pada kami dengan bersihnya/murninya ma’rifat pada –Mu, ya Allah berilah kepada kami bagusnya muamalah diantara kami dan bagusnya muamalah kepada –Mu menurut sunnah, ya Allah berilah kami rizki dengan bertawakkal pada –Mu dan agar kami selalu husnu zhon pada –Mu, ya Allah berilah anugrah pada kami pada semua ibadah yang mendekatkan kami pada –Mu wahai Dzat yang Maha Mengasihi dari yang mengasihi semuanya.

4. Imam Hanbali ra ( 164 – 241 H ) Irak.

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal As-Syaibani Al Marwazi. lahir di Baghdad pada bulan Robiul Awwal tahun 164 H dan wafat tahun 241 H di Kota Baghdad.[4]

Beliau pulang kerahmatullah dalam usia 77 tahun, tepatnya pada hari jum’at, tanggal 12 robiul awwal, tahun 241 H/855 M dan dimakamkan di Maqbaroh Bab Harb ( kota Baghdag ).[5]

Sejak kecil Beliau hidup dalam keadaan yatim, walaupun sebagai anak yatim Beliau sangat mencintai ilmu, Beliau belajar ilmu keislaman, seperti Al-qur’an, Hadits, sejarah, bahasa arab dan ilmu-ilmu yang lain pada para Ulama yang ada di Bagdad diantaranya : Imam Hasyim bin Basyir bin Abi Hazin, Imam Shofyan bin Uyainah, Imam Abdurrahman bin Mahdi, Imam Waqi’ bin Al Zarrah, Imam Abu Yusuf Ya’kub bin Ibrahim Ashari, dan Imam Syafi’i.

Pada saat pemerintahan daulah Abasyiah yang dipimpin oleh raja Al Ma’mun, Beliau dipenjara karena berbeda pendapat dengan gubernur bagdag. Setelah kepemimpinan di bagdad diganti oleh Al Mutawakkil. Imam Hambali ra dibebaskan dari penjara.

Keistimewaan Imam Hambali ra. diantaranya :

1. Beliau mempunyai wirid membaca Al-qur’an setiap hari khatam dan shalat sebanyak 300 rokaat setiap hari dan ketika Beliau dipenjara masih dapat shalat sebanyak 150 rokaat “ Subhaanallah “.

2. Beliau mendapat gelar “ Pembawa panji-panji Hadits dalam ilmu fiqih “ kajian-kajian Imam Hambali ra terhadap Hadits, dibukukan oleh putranya yang bernama Abdullah dan diberi nama “ Musnad Imam Hambali ra “ yang memuat tidak kurang 40.000 Hadits “ Suhaanallah“

3. Telah berkata Imam Idris Al Haddad : Al Imam Ahmad adalah shoohiburriwayah dalam Hadits, tidak ada pada zamannya yang seperti Beliau.

4. Telah berkata putranya Abdullah : Ayah saya selalu membaca Al-qur’an setiap malam dan selalu hatam setiap tujuh hari, kemudian beribadah sampai subuh dan shlalat setiap hari 300 rokaat “ Subhaanallah “



[1] Buku Pintar Agama Islam. Syamsul Rijal Hamid, Penebar Salam, Jakarta Timur, Cet ke-X, September 2001M/Rajab 1422H. Edisi Senior. Hal 199

[2] Buku Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Ust. Labib Mz. Penerbit Bintang Usaha Jaya, Surabaya. Hal 141

[3] ‘Ianatuth Tholibin. Juz 1. Hal 17.

[4] Buku Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Ust. Labib Mz. Penerbit Bintang Usaha Jaya, Surabaya. Hal 154

[5] Buku Pintar Agama Islam. Syamsul Rijal Hamid, Penebar Salam, Jakarta Timur, Cet ke-X, September 2001M/Rajab 1422 H. Edisi Senior. Hal 203

Read more ...
Designed By